Pagi ini ada cerita tentang seseorang yang merasa bersalah, seseorang tersebut adalah saya!
- Saya merasa bersalah karena semalam saya bingung bagaimana menghabiskan "gaji" agar cukup untuk sebulan dan bisa membeli apa yang saya butuhkan. Saya ingin menambah baju, menambah sepatu, membeli serum wajah "impor" dan suplemen makanan. Dan pagi ini diangkutan umum saya melihat seorang pria paruh baya sedang ngos-ngosan mengayuh becaknya. Dia memakai kopiah dan badannya kurus kering, wajahnya mengkilat karena keringat yang bercucuran itu diterpa sinar matahari pagi. Mungkin tukang becak itu baru akan memulai aktifitasnya mencari penumpang. Saya merasa bersalah karena melihat wajahnya tidak bahagia, dia kelelahan dan tampak sedih. Saya merasa bersalah karena tidak mampu membagi keceriaan saya pagi ini yang bersemangat masuk kantor. Dan semakin merasa bersalah karena "uang" yang saya titip keteman (biasanya hari jumat) tidak saya berikan saja untuk orang-orang seperti mereka atau siapa saja yang butuh. Setiap hari saya dengan mudah menjumpai mereka. Kenapa saya harus menitipkan? kenapa tidak memastikan uang itu sendiri akan kemana. Saya merasa mesjid di makassar sudah sangat banyak, saya tidak tahu dengan kondisi panti asuhan dan panti jompo tapi keadaan dijalanan semakin hari semakin ramai dipenuhi para "orang tua" dan "anak kecil". Entah mereka menjual koran, beberapa buah, buku usang, lem korea, ojek payung atau hanya menengadahkan tangan. Harusnya saya bertanggung jawab untuk "uang" yang menjadi hak mereka benar-benar sampai pada mereka, itu tanggung jawab saya dan tidaklah sulit.
- Saya merasa bersalah saat bersusah-susah menahan ngemil karena ingin mengurangi bobot tubuh dan mengubah kebiasaan "terlalu banyak makan". Saat banyak anak kecil didepan mall panakkukang meminta apapun yang sedang dikunyah oleh orang-orang yang keluar dari Mall, entah itu burger, es krim, donat dan cemilan lain. Dan lebih miris saat beberapa perempuan dewasa dengan satu tangannya menggendong bayi dan tangan yang lain memegang mug plastik, dia menghampiri orang-orang meminta "belas kasih".
- Saya merasa bersalah saat sabtu minggu hanya habis di mall atau tiduran di rumah. Padahal saya tahu di pinggiran danau Unhas ada kegiatan berbagi dengan para anak jalanan. Saya ini seorang sarjana, sudah 16 tahun mengecap manisnya pendidikan tapi tak seberapa yang saya berikan untuk mereka. Saya sibuk membaca, menonton dan melupakan kewajiban untuk memberi apa yang saya punya.
Mestinya saya lebih cepat sadar untuk bisa lebih peka. Dan tak sekedar mengasihani, tapi meluangkan waktu, materi dan ilmu untuk mereka. Tidak mempertanyakan atau bahkan menyalahkan pihak yang mestinya bertanggung jawab. Saya harusnya bergerak, sedikit demi sedikit, menggapai mereka yang dekat dan mengajak "saya" yang lain untuk turut berpartisipasi agar semua "saya" di Makassar peka dan aktif bergerak. Agar semakin sedikit yang turun kejalan untuk bersorak, mengeluh, mencemoh karena semakin banyak yang menelusuri lorong untuk berbagi dan merasakan.
Hati manusia pada dasarnya adalah suci, waktu lah yang membentuknya menjadi egois dan tamak. Syukurlah manusia diciptakan tak sendiri, sehingga proses sosialisasi dapat menumbuhkan kepekaan dan rasa kasih sayang yang melunturkan keegoisan dan ketamakan.
source |
source |
"Everybody can be great because everybody can serve"-Martin Luther King Jr.