Merindukan Sore
May 04, 2015
Karena ditempat inilah saya kembali dan merasa bebas. Belakangan ini saya sibuk dan terlalu berat memikirkan banyak hal. Bahkan saat satu kesibukan berakhir, saya berniat melepaskan beban dengan menulis disini, tapi tulisannya ngawur dan entah maknanya seperti apa. Tulisan itu malah berakhir di draft. Kini saya mulai lagi, saya kabur dan sembunyi disini. Saya sudah tidak sanggup lagi, sepertinya mesti re-charge.
Kali ini perasaan aneh menyerang, saya tidak punya kata yang tepat untuk menjelaskan perasaan ini. Saya ingin berpindah, iya saya ingin berpindah. Kota ini sudah menyita banyak energi. Rasanya cukup. Tapi yang jadi masalah adalah bagaimana saya bisa pindah. Jika harus di sulawesi, saya ingin pindah ke palopo. Saya sedang jatuh cinta dengan kota itu. Kota kelahiran bapak. Saya ingin sekali pindah kesana.
Sudah saatnya makassar jadi kenangan. keinginan ini tercetus begitu saja tanpa pikir panjang. Saya tahu saya belum siap mengeksekusi keinginan ini agar bisa berkemas segera.
Beberapa hari lalu saya menulis sedikit deskripsi harapan karir, seperti ini
"Saya ingin belajar dan menambah pengalaman dibidang strategic business, mungkin sekitar 2 tahun. Lalu saya ingin melanjutkan pendidikan keluar negeri, perancis atau jepang. Saya masih memikirkan jurusan apa yang ingin saya tempuh, mungkin biologi, bisnis, atau hal-hal terkait kemanusiaan. Harapan saya dimasa depan, saya ingin menjadi wanita karir yang bekerja di perusahaan manufaktur, sembari bekerja saya ingin menulis buku dan mengajar. Sayapun ingin bergabung dengan organisasi kemanusiaan"
Saya senang sekali setelah menuliskan hal itu. Tapi sekarang saya terenyuh membacanya, ternyata kemarin saya memikirkan hal seperti ini. Disaat sekarang saya hanya menginginkan duduk di sebuah bangku taman dengan buku dan smart phone. Angin berhembus lambat dan menjatuhkan beberapa daun, ranting kecil juga ikut berayun. Wangi pohon dan bunga serta tanah bercampur memenuhi rongga dada. Saya menghabiskan sore ditaman itu, menunggu lampu taman menyala satu persatu. Saya akan berdiri meninggalkan bangku taman saat kumandang azan magrib menyeru semesta. Menyusuri jalan setapak menuju mesjid yang seluruh dindingnya berwarna putih, kubahnya gold. Mesjidnya tenang sekali. Disana saya akan menjumpai ponakan saya yang sudah rapi dengan mukenahnya. Disampingnya, ada ibu dan adikku yang sedang duduk khusyu' melafazkan zikir. Bapak dan saudaraku telah berjejer rapi dengan kopiah putih di shaf paling depan. cerita ini berakhir di kata "Allahu Akbar".
Saya sedang merindukan ketenangan, dan rasanya harapan barusan mewakili perasaan saya saat ini. Dimasa depan saya ingin memperbanyak peristiwa-peristiwa seperti itu. Saya suka waktu sepanjang sore. Sore dengan sedikit cahaya matahari, angin yang lembut, wangi bumi, dan berakhir dengan shalat bersama keluarga. Saya selalu merindukan masa kecil, karena peristiwa seperti ini bukan barang mahal. Jauh berbeda dengan hari dan selama 11 tahun yang lalu. Saya tak pernah lagi merasakan sore seperti itu. Saya sangat merindukannya.
0 comments