Aku, Kamu dan waktu

September 26, 2013

Perubahan adalah kata yang acap kali kutujukan untuk diri sendiri. Salah satunya berkaitan denganmu. Aku yang sekarang harus berbeda dengan aku yang dulu saat masih bersamamu. Dan sekali lagi "berubah" menjejali isi kepalaku dan momok terberat yang harus ku hadapi. Enam bulan berlalu tapi sepertinya tak ada hasil yang memuaskan. Lima bulan kuhabiskan dengan hal-hal tidak efisien yang mampu membuatku tidak menghubungimu ataupun mencari tahu tentangmu. Bulan terakhir ini membuatku benar-benar kembali ke titik nol. Dimana kamu dan kebiasaan bersamamu menggerogoti kepalaku. Maaf untuk memakai kata "menggerogoti" yang seakan-akan seperti penyakit saja untukku.


Setelah pertemuanku kemarin dengan teman-teman kita (temanku yang juga temanmu), dua hari aku menikmatinya tanpa pikiran tentangmu. Namun setelah itu hingga detik ini, pikiran tentangmu nyaris membuatku ambruk. Kegiatanku yang full menyita waktu disiang hari tak berefek sedikitpun untuk membuat otakku yang lelah absen untuk mengingatmu. Bukannya secara biologis kelelahan fisik dapat membuat kita beristirahat efektif? atau memang ada penjelasan lain, entahlah. Dua hari ini aku memimpikanmu, mimpi pertama terjadi kemarin sore sehabis pulang dari kampus, aku yang kelelahan segera meraih bantal dan tertidur. Samar kuingat kamu menemuiku dan kita bisa bersama kemudian kita terpisah lagi. detailnya tak begitu jelas sekarang. Dan mimpiku sore ini dapat kutuliskan dengan begitu jelas. Aku dengan seorang wanita tak dikenal bertemu. Wanita itu tersesat dan minta agar diantarkan kesuatu tempat. Tiba-tiba kamu datang dan berniat mengantarkanku. Keadaan itu jadi awkward mengingat kita masih dalam keadaan marahan dan tak pernah bertemu atau komunikasi sebelumnya. Setelah sampai di tepi jalan, aku turun karena wanita itu ingin menyetop sebuah mobil. Aku turun dari motormu tanpa menoleh atau berbicara sepatah katapun kepadamu. Aku tahu itu menyebalkan. Aku teus melangkah, tapi dadaku sesak. Hingga aku berpaling kearahmu dan saat berdiri dihadapanmu aku mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu. Seketika itu kamu memelukku erat sekali dan mengatakan hal yang sama. Entah kenapa pelukanmu sangat nyata kurasakan. Aku menulis ini dan air mataku akhirnya jatuh, lega sekali rasanya. Hingga diakhir mimpipun aku masih tetap berpisahdenanmu. Andai saja itu nyata, apa kah akan berjalan semulus itu.

Awalnya aku sangat ingin menghubungi temanmu untuk meminta nomor ponselmu, tapi urung kulakukan. Aku memikirkan mimpi itu dalam-dalam. Dan kutemukan jawabannya. Ada suara dari bagian diriku yang menyuruhku untuk meminta maaf pada Allah. Bukankah aku telah bersalah? karena memikirkan dan mengharapkan sesuatu yang tak sepantasnya. Kamu bukan muhrimku, bukankah itu berarti kamu haram untukku. Mungkin ini terdengar begitu naif bagi orang sepertiku. Bahkan bisa jadi ini sedikit munafik.Tapi aku harus mengakuinya, aku ingin menjadi seorang muslimah. Aku ingin merindukan Allah lebih dari merindukan siapapun termasuk kamu. Aku takut jika kerinduanku padamu adalah nafsu. Aku mencintaimu, pikirku demikian. Tapi siapa yang bisa memastikan itu cinta yang baik untukmu pun untukku.

Aku akhirnya mengadukan apa yang sedang kurasakan terhadapmu pada-Nya. Perlahan perasaan tidak tenang dan tersiksa berangsur-angsur membaik. Tapi tetap saja tiap sudut mengingatkanku padamu. Namun mungkin tak begitu memilukan lagi. Tiap mengingatmu aku memohon maaf kepada-Nya. Aku berdoa dengan canggung yang sekali waktu aku mungkin memintaNya untuk menjagamu dan menjagaku. Aku ingin mempersiapkan diri agar pantas untukmu. Semoga disana kamupun melakukan hal yang sama seperti halnya dengan yang kuusahakan.

Dan seandainya bisa, aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu, merindukanmu dengan rasa sesak memenuhi dada. Maafkan aku.

You Might Also Like

1 comments