10 for Ten

Bismillah

Ya Allah maafkan atas pengabaianku padamu. Maafkan atas pertanyaan-pertanyaan yang beruntun yang ku lontarkan tapi tak sepadan dengan jawaban yang harusnya kutemukan. Maafkan atas rasa sakit yang kurasakan, rasa yang membuatku seolah lebih membutuhkannya daripada membutuhkan Mu. Maafkan atas doaku yang tak kusadari dengan sungguh-sungguh dibanding harapan-harapan tentangnya. Maafkan atas kesulitan yang kualami dalam mencarimu dibanding kemudahan ku menemukan dirinya. maafkan atas segala hal yang membuatku ragu-ragu padaMu sedangkan aku begitu yakin padanya. maafkan aku yang masih mencoba mengenalMu tapi menjadikannya masa depanku atas nama kesetiaan. Maafkan atas permintaan yang tak pernah putus kuminta padaMu namun aku dengan mudahnya berkorban untuknya. Maafkan untuk waktu yang begitu sedikit kusediakan untukmu dan sisanya habis banyak memikirkannya. Maafkan atas pengetahuanku yang begitu minim tentangmu sedangkan detail dirinya kucermati sepenuhnya. Maafkan atas kata maaf yang belum kukatakan dan kuminta padamu.

Rasa kehilangan menahanku pada waktu yang terus berjalan. Keadaanku dimana tak ada lagi kamu membuat ku terperangkap tak berdaya. berbagai teori tentang kebahagian dan semacamnya tak lagi mampu kujalani. ratapan yang memilukan dengan sadar kulakukan dengan embel-embel kesedihan serta keputus asaan. 

Aku mengerang dalam hati yang ujungnya berbuah air mata. berontak dalam diri menyiksa akan keadaan yang membuat aku tak tahu aku. perbedaan aku dulu dan sekarang serta pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dijelaskan. lebih tepatnya belum. aku kehilangan dirimu sebenarnya adalah kehilangan diriku.

Bersama atau tanpamu jadi pilihan yang membuatku terperangkap pada ragu-ragu. sebenarnya aku tahu dan tidak tahu. tak mampu memastikan atau memutuskan. tanpamu semestinya aku tetap aku begitupun sebaliknya. tapi itu hanya kata yang ada dikepalaku. yang sebenarnya belum mampu menggambarkan aku. 

Terperangkap dalam masa dimana aku tak tahu warna. tak tahu apa, bagaimana dan mengapa. Terperangkap pada masa dimana aku tahu aku tak tahu, sejujur-jujurnya aku tentang rasa adalah tidak tahu.

Saya sedang tidak tahu apa yang akan saya tulis. Mungkin seperti curhat. Sebenarnya saya agak enggan melakukan hal ini, tapi entah kenapa saya lakukan saja. Baiklah, saya akan curhat!

Umur saya sekarang 21 tahun. Dan saya baik-baik saja sebelumnya, yah sebelum saya menyadari beberapa hal yang membuat saya berfikir  kalau saya sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana saya bisa baik-baik saja saat saya tahu bahwa saya tidak siap dewasa. atau mungkin lebih tepatnya tua. karena saya tahu dewasa itu punya segudang arti. baiklah, saya pakai kata tua saja. saya tak pernah berunding dengan diri sendiri tentang siapa saya sebenarnya. tak merasakan perbedaan saya yang sekarang dan dulu. saya semakin tidak tahu arah tulisan saya.

sahabat saya akan jadi pengantin. bahkan saya belum sempat memikirkan itu. saya bahkan masih merinding memikirkannya. saya tidak tahu seperti apa pernikahan itu. saya ingin sesuatu yang ***************** saya sendiri tidak tahu apa yang saya inginkan

sahabat saya sedang bingung dengan gelar barunya. dia bingung dengan fase baru hidupnya. dia bingung, dia yang telah menjadi kotak ajaib kehidupanku bingung mau ngapain. nah, bagaimana dengan saya. kembali saya tidak tahu

dan masih banyak lagi hal yang sedang saya alami dan saya tidak tahu saya harus bagaimana. yah, jika ingin disimpulkan, diujung umur 21 tahun ini, hidup saya penuh dengan ??????. tanda tanya. TIDAK TAHU!

seharusnya sekarang saya menutup blog ini. menutup browser. buka folder proposal real dan file bab IV. kemudian memulai menulis disana. tapi apa yang terjadi, saya malas. selamat malam.

terakhir, saya malas. saya tidak melakukannya. dan saya tidak tenang. kemudian cemas. hingga depresi. tapi tetap tak melakukannya. tak melakukannya. 

saya butuh motivasi??? bukan. saya akan muntah mendengar motivator. emmm, tidak juga sebenarnya. karena saya punya banyak motivator hebat. yang dengan diamnya, ngambeknya, sindirannya, namun mendengarkan saya mampu membuat saya tahu kebodohan saya.

saya memang ngelantur malam ini.

Lama tak menyapamu lewat tulisan, kebiasaan yang mengakrabkan kita dulu. dulu sekali. Sejak dulu saya memang selalu punya teman yang sering jadi adik. sejak SD, SMP, SMA, dan sekarang kuliah. saat dikuliah ini, saya punya adik asuh formal yang diberikan himpunan. Tapi sepertinya tak berakhir baik. Kemudian kamu masuk, kita tak pernah di ikat oleh hubungan yang diberikan orang lain. Kita natural, hadir sendiri sebagai hadiah. Semuanya jadi unik jika berhubungan denganmu. Mungkin kamu adalah mimpiku yang terwujud. 

Beberapa waktu berlalu, banyak hal yang kulakukan. Aku dan Kamu. Banyak bahagia, tapi tak sedikit juga yang menyedihkan hingga terisak. Ini adalah hubungan didunia nyata, bukan dalam film animasi yang selalu bahagia. Mungkin aku memang seperti beruang besar yang kadang tak memperhatikan kelinci yang tubuhnya begitu kecil. Dan jika bersamanya, terkadang malah menyakitinya.

Hai kelinci kecil, makan yang banyak, bergerak yang banyak, tidur yang banyak, nikmati harimu. Kelak kita tak kan sering bersama. Mungkin hanya doa kita yang saling menyapa. Mungkin akan banyak kesibukan yang merebut perhatian kita. Mungkin ada rasa kecewa yang membuat kita saling berfikir buruk. Mungkin jarak akan sedikit menjadikan kita kikuk. dan banyak lagi mungkin yang lain mengganggu kita.

Tapi...,

Pasti ada rindu kala beberapa kenangan datang menjemput kita, membawa kita pada saat-saat sekarang ini, waktu dimana kita menikmati dunia. Pasti rasa sayang yang telah dibangun dengan tulus tak kalah dengan semua kemungkinan tadi.

Cukup disini ceritanya, kalau ada mood saya lanjut lagi.

Selamat siang, semoga baik2 saja dikampus.

Malam ini terima kasih

terima kasih Malam ini

Saat siang yang melelahkan hingga menumbangkan semangat dan tubuhku

Saat siang dengan ramainya mereka membuatku menangis dan kecewa

Saat siang dengan sadisnya mereka nyaris membuatku tak berdaya

Saat siang aku mencampakkan dia yang tercinta dan mereka yang masih peduli

Selamat untuk siang yang segera berlalu

begitupun mereka 

Perlahan cahaya redup memenuhi bumi

hingga gelap menjemput malam

benda-benda kini berpijar

memancarkan cahaya temaram

menghias sudut-sudut kota

dengan mereka yang bahagia

lupa dengan luka

Malam

Hadirlah lagi lebih cepat dan lama

biarkan aku bermain dengan bayanganku

biarkan aku merenung dan tahu

bahwa aku masih harus bertemu siang

siang dengan mereka

dengan luka luka baru

yang segera lupa dan berlalu

Selamat malam

Aku sedang melangkah menujumu, kadang berjalan pelan, cepat, sedikit berlari atau sering pula aku berhenti. Kadang aku tak tahu kamu masih perlu kukejar atau kamu telah berada disampingku. Maka dari itu aku belajar mati-matian, merasakan sedalam-dalamnya, memperhatikan detail yang sedang terjadi agar aku tahu jawabannya. Kini aku telah menemukannya, aku tahu bahwa kamu telah berada disampingku. Usaha ku semakin giat, memperbaiki diri untuk melangkah bersama menuju satu tujuan. 

Usaha itu tak semudah yang kubayangkan, semakin lama aku merasa semakin menemukan banyak hambatan. Kadang langkahku kuat dengan tatapan fokus pada tujuan. Kadang pula langkahku nyaris terhenti dan bimbang memburamkan tujuanku. Meski ini teori klasik kehidupan tentang perputaran tetap saja rumit bagiku yang biasa.

Bagian paling klimaks menurutku selama ini adalah saat langkah nyaris terhenti atau benar-benar tak bergerak, pandangan buram menatap tujuan dan pertanyaan yang beranak pinak belum menemukan jawabannya dan paling utama saat keyakinan hanya mengisi setengah hati.

Aku masih tak menemukan jawabanku, namun sisi klimaks ini berkembang seiring waktu. penyelesaiannya tak pernah sama, berubah sesuai perkembanganku. Aku sedikit-sedikit mengerti bahwa aku berkembang dari sebuah pertanyaan yang terus melahirkan pertanyaan baru.