Big Man
November 18, 2014
Entah sudah berapa lama surel ini di inbox, dan hari ini Allah sepertinya mengizinkan saya membacanya. mungkin ada baiknya jika saya jadikan postingan agar lebih banyak yang dapat membaca. Surel ini ditulis oleh Bapak "Kepsek"nya MT Kalla Group :)
"Selamat Jalan Andi Tenri (Onny) Gappa
Setelah shalat subuh Sabtu pagi (11/10/2014), salah seorang teman yang kerja di Fajar menginformasikan bahwa Andi Tenri (Onny) Gappa meninggal dunia. Saya semula tidak begitu kaget, tapi setelah tahu bahwa yang dimaksud adalah Sang Pahlawan Penghijauan, saya jadi ikut bersedih. Membaca koran pagi itu, tak terasa mata saya berkaca-kaca. Secara pribadi saya tidak kenal beliau, tapi melihat kiprah dan kepeduliannya saya merasa ‘sangat mengenalnya’. Teringat di tahun 2012 saat akan penganugerahan Kalla Award, nama beliau terpilih menjadi penerima penghargaan di bidang lingkungan.
Selaku pimpinan Bank Panin Indonesia Timur ternyata kiprahnya lebih banyak dikenal bukan di bidang perbankan, tapi di penghijauan sehingga media menjulukinya Bapak Trembesi Indonesia. Memang kepeduliannya pada lingkungan khususnya penanaman pohon sudah diakui dunia. Wajar saja beragam penghargaan pun diraihnya.
Kata bijak mengatakan “siapa yang menanam, maka dia akan menuai”. Itulah hukum kehidupan. Jika yang ‘ditanam’ adalah ‘pohon’ kebaikan maka akan menuai ‘buah’ keharuman. Jika yang ditanam ‘pohon’ keburukan maka akan menuai ‘buah’ kebusukan. Allah mengingatkan dalam Al Qur’an :
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Q.S. Al Isra’ : 7) Ayat ini konteksnya dalam kehidupan dunia, bahwa apapun yang kita perbuat akan ‘dinikmati’ hasilnya di dunia ini. Siapapun dia, tak melihat latar belakang suku, agama, ras dan itu berlaku universal.
Manusia dalam menjalani hidupnya dapat memilih apakah menjadi ‘manusia besar’ atau ‘manusia kecil’. Manusia besar yaitu mereka yang hidupnya banyak memberi manfaat sehingga dikenang oleh dunia dan menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan. Manusia besar jasadnya boleh mati tapi jasa dan amal salehnya terus dikenang selamanya. Keberadaannya menjadi pembeda. Tindakannya memberi warna, melakukan perubahan menuju dunia yang lebih baik. Jika dia tidak ada (meninggal) maka banyak orang yang merasa kehilangan. Berbeda dengan manusia kecil, ada dan tidak adanya tidak begitu terasa. Maksudnya, keberadaan fisiknya memang ada, tapi kontribusinya pada dunia tidak begitu terasa. Sehingga saat dia tidak ada (meninggal) tidak banyak orang yang merasa kehilangan.
Sayyid Qutb dalam syair sederhananya mengungkapkan apa yang menjadi pembeda manusia besar dan manusia kecil :
“Siapa yang hidup untuk dirinya, maka dia hidup sebagai manusia kecil dan mati sebagai manusia kecil. Siapa yang hidup untuk orang lain, maka dia akan hidup sebagai manusia besar dan takkan mati selamanya”.
Jasadnya pasti mati, tapi inspirasinya tidak pernah mati. Akan menjadi pembicaraan yang baik yang mereka yang ditinggalkan. Memberi inspirasi untuk melanjutkan kebaikan yang telah dilakukannya.
Bagi kita yang masih hidup, jika disuruh memilih tentu ingin menjadi manusia besar. Itulah manusia terbaik karena banyak memberi manfaat bagi orang (Hadist Nabi). Bagi kita yang masih hidup, mari renungi dua pertanyaan ini : apakah jika kamu tidak ada, orang lain akan merasa kehilangan? Adakah kejadian di mana kehadiranmu betul-betul dibutuhkan? Andi Tenri Onny Gappa telah membuktikan saat beliau tidak ada, banyak orang yang merasa kehilangan. Mengapa itu terjadi? Karena kehadirannya telah memberi manfaat, saat hidupnya banyak memberi kontribusi yang dibutuhkan oleh dunia.
Selamat jalan Onny, semoga kebaikan yang selama ini Anda lakukan, menjadi inspirasi bagi kami yang engkau tinggalkan. Semoga Allah memberi balasan atas segala amal saleh yang telah Anda lakukan dengan kehidupan yang lebih baik di alam kubur dan di akhirat kelak.
Makassar, 11 Oktober 2014
Syamril "
0 comments