Siang itu teman-teman di kursi sebelah asyik mengobrol mengenai suatu tempat, saat itu saya sedang berkutat setengah fokus dengan pekerjaan karena setengahnya lagi mencerna kata "naik gunung" yang terlontar dari mulut kak fajar. Laki-laki yang baru beberapa bulan bergabung di ruangan. Saat kak Fajar mengatakan naik gunung, sepertinya terjadi letupan kecil diantara saraf-saraf otak. "Ayolah ini kesempatan" bisikku membatin. Dan "naik gunung" mengambang dikepala seharian itu tanpa berani dieksekusi hingga waktu pulang.
Esoknya Tuhan menyentil, menguatkan firasat. Firasat adalah interaksi gaib yang selalu dapat dikagumi. Seperti kejutan yang membahagiakan. Indri menggandengku dan mengajak ikut "naik gunung". Dan kami pun akhirnya berangkat setelah bersenang-senang mempersiapkan barang bawaan.