My PCOStory : Check Up ke-III di Ratulangi Medical Center

May 14, 2018

pict from here

Setelah terakhir kali check up di bulan maret lalu, siklus menstruasi saya masih berantakan. Bulan April saya gak M, kemudian masuk bulan mei tanggal 14 kemarin ada flek yang ukuraannya seperti sehelai benang. Kemudian sore hari sepulang kantor saya ke klinik RMC lagi. Konsultasi dengan dokter Andini lagi. Kali ini saya masih di USG dibagian perut seperti biasa, kemudian diresepkan pil KB Diane 35 ditambah Asta Plus dan Folda. Sebelum diresepkan diane 35, Dokter Andini menjelaskan ke saya dan suami perihal pemberian diane 35 ini untuk mengatur siklus haid saya selama 3 bulan kedepan. Sebenarnya ada dua pilihan yang diberikan kepada kami, mengatur siklus haid dengan diane ini atau pemberian regumen (lagi) yang artinya saya harus balik lagi ke dokter bulan depan. Waktu itu saya rada blank begitupun dengan suami, saya meminta pendapatnya balik. Ibu Dokternya lebih prefer yang mana. Dan dijawabnya diane. Setelah dijelaskan cara minum dianenya, kami kemudian mengakhiri sesi konsultasinya.

Mau tahu gimana perasaan saya hari itu, sejak tahu flek dan harus ke klinik lagi ketemu dokter? berantakan. Yap, saya sangat tertekan, sekeras apapun saya menyuruh diri saya untuk rileks, percuma saja. Rasanya mau marah, mau nangis, mau sembunyi. Kepala saya penuh, tapi saya tidak tahu bagaimana harus mengeluarkannya. Kadang menenggelamkan diri di pekerjaan cukup berhasil untuk mengalihkan perhatian, dan beberapa hal lain yang saya lakukan saat sendirian. Mungkin ini salah satu akibat dari hormon yang kacau balau. Tapi, kekacauan itu tidak melulu abu-abu, sekali-sekali ada kembang api dan pelangi. yah Alhamdulillah.

Setelah itu, saya mulai rutin mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Minumnya harus dijam yang sama setiap malamnya, jadi saya setting alarm. Setiap kali alarm itu berbunyi, saya harus menenggak 3 pil. Seminggu berlalu, suami saya bertanya "Dek, Obatnya itu pil KB yah? gak bisa hamil dong? kok gitu?". Respon saya? Saya diam sejenak, ngatur mood yang ujung-ujungnya tetap berantakan. Tidak perlu saya jelaskan, saya jadi menyebalkan saat badmood. 

2 Minggu berlalu, saya sudah baca lebih banyak artikel, ngobrol sama teman, ngobrol sama suami, akhirnya saya memutuskan mencari second opinion. Terima kasih kak dev, sudah mau ladenin chat saya yang ngasal. Saya sudah punya nama dokter dan klinik yang akan dikunjungi. 

Kenapa saya butuh second opinion?? Saya khawatir dengan efek pil diane tersebut, karena beberapa obrolan orang-orang diinternet banyak yang bilang gak berhasil. Selain itu, Saya gak bisa dong getar-getir sendiri selama 3 bulan tanpa penjelasan. Selanjutnya, selama di RMC saya belum pernah USG Trans-V. Dari hasil baca-baca *lagi dan ngobrol sama temen-temen, USG trans-V akan memberikan hasil yang lebih jelas mengenai kondisi rahim dan sel telur. Alasan selanjutnya karena saya tidak disarankan untuk tes laboratorium, ngecek hormon mungkin atau apapun itu untuk menguatkan diagnosa dokter. Dan yang terakhir, suami mendukung saya. Seperti ituu penjelasannya sampai saya berani membulatkan tekat untuk ketemu dokter lain.

Selanjutnya, saya akan menceritakan hasil check up yang ke-4. Saya mau tidur dulu, emm lebih tepatnya ngerjain tugas lain dulu baru tidur. Berhubung mata saya masih on.

You Might Also Like

0 comments