Hanya rindu pada Angin

June 16, 2014

Ada resah yang hadir karena buru-buru dan mendadak membuat semuanya jadi gelisah. Menggerutu dalam hati, keningnya hampir terpaut menahan "sesuatu" yang semakin lama-semakin menekan. Kini "sesuatu" itu menjejali kepalanya memaksa keluar. Kenapa tak dikeluarkan saja, ketimbang jadi beban. Tidak semudah itu. "Sesuatu"-nya harus berwujud, dan masalahnya adalah sulit menginterpretasikannya. Dia harus tahu dengan jelas, tak mungkin keluar tanpa definisi. Ah, rumit sekali "sesuatu" ini.

Ada hal lain yang bisa dilakukan, bagaimana dengan melepaskan. Tak dikeluarkan dengan satu wujud, tapi "sesuatu" yang abstrak itu dibiarkan saja dibawa angin, atau waktu mungkin. Ada baiknya seperti itu, agar "sesuatu"-nya tak jadi kenangan. Akan bertambah rumit jika "sesuatu"-nya bermetamorfosis jadi kenangan. Itu akan menyebalkan.

Kini lepas, entah oleh angin atau waktu. setidaknya lega, lega tanpa eksekusi. biarkan saja, jangan diperumit lagi. Ini begitu melelahkan. Seperti gulungan benang yang tak tahu mana pangkal dan ujungnya.

Mungkin bisa saja jika memilih untuk diendapkan saja, semakin lama akan semakin tebal endapannya. Jika mengendap lama akan lahir sebuah inspirasi yang harus dijaga agar hasilnya positif dan membuahkan keindahan. Hei... mengertilah, keindahan itu flexibel. Hanya perlu menyisipkan cinta dan dalamnya tarikan nafas. ah, ceritanya semakin tak jelas saja. Mari segera bergegas ke pantai, berlari memainkan pasir dan bebas menabrak angin.

Angin? Kapan terakhir bermain dengan angin. Ahh, lupa. Bahkan wanginya sudah luntur di pikiran. Ahhaa, kini "sesuatu"nya berwujud. Ternyata kali ini jadi rindu. Yah, rindu pada angin yang telah lama terlupakan. Lama tak berjumpa. Padahal waktu itu, angin sering menjemput saat sore dan sekali-sekali hadir kala pagi mulai hangat. Namun yang menyedihkan saat angin mengganggu rinai hujan kala siang dengan awan gelapnya. Ketidak sopanannya membuat sakit karena patah hati kembali kambuh.

Besok tolong jemput hati yang sedang dipenuhi rindu, dia menunggumu di dermaga. Kali ini di malam yang penuh bintang saja. Siapkan belaianmu yang paling lembut, mungkin akan sempurna dengan desirmu yang merdu di telinga. Atau tambahkan dengan basahnya air laut, kamu berselancar diatas air kan? sisakan sedikit air agar kulitnya basah. Hei angin, kejutkan dia yang suka lupa. Ingatkan lagi bahwa menyimpan rindu itu memilukan. Yakinkan dia bahwa hadirmu akan perlahan membuatnya bisa melepaskan resahnya.

You Might Also Like

0 comments