Snowden : Dramatisasi dari Kisah Nyata

October 14, 2016

Salah satu film panjang yang saya saksikan minggu ini, Snowden. Film ini diangkat dari dua buah novel yang digabungkan yaitu "Time of the Octapus" dan "Snowden, the Inside Story of the World's Most Wanted Man"  (based on referensi). Sebelum film ditayangkan, muncul tulisan besar di layar "DRAMATIZATION OF REAL EVENTS". Tadinya saya mengira ini adalah true story, entah saya baca sepintas dari sumber mana, saya lupa tepatnya. Yang saya ketahui, jika film yang diangkat dari kisah nyata biasanya dituliskan based on true story, lalu jika ini ditambahkan dengan kata "dramatisasi", dikepala saya munculnya mungkin agak dimelo-meloin.

Terlepas dari unsur-unsur penting dari sebuah film, yang biarlah jadi bahan untuk para kritikus film. Bagi saya film ini banyak memberikan pelajaran. Saya baru tahu kalau hal-hal seperti ini pernah terjadi *hihihi ketahuanlah kalau saya ini malas cari berita.

Film ini bercerita tentang seorang tokoh yang paling di cari oleh Amerika Serikat karena telah membocorkan dokumen NSA yang sangat rahasia, atau kerennya disebut whistleblower. Yah, seperti biasa setiap sosok heroik selalu berangkat dari idealismenya. Karena merasa pelacakan informasi seluruh warga negara Amerika dan sedang mengarah keseluruh dunia ini adalah hal yang tidak tepat atau melanggar hak asasi manusia yang dilakukan oleh Pemerintahan Amerika. Sehingga membawa Snowden pada satu keputusan besar dalam hidupnya yaitu meninggalkan pekerjaannya dan negaranya, menuju Hongkong dan membeberkan rahasia negaranya kepada seluruh publik. Hal ini tentu menggemparkan seluruh dunia terutama Amerika. Snowden merasa bahwa publik berhak tahu dan memberikan kesempatan untuk publik memutuskan benar atau salah terhadap tindakannya.

Setelah merilis informasi itu, tentunya Snowden mulai menjadi sasaran pemerintah. Keselamatannya terancam. Namun hal itu membuatnya lebih hidup dibanding sebelumnya saat bekerja di NSA, ia merasa memiliki beban hidup yang sangat ingin dilepasnya. Kini, Snowden merasa telah melakukan hal benar dan tak memiliki beban saat terbangun di pagi hari. Bukan kah itu lebih baik? semakin kesini, semakin membuat saya berfikir makna sebuah eksistensi.

Mungkin peristiwa diatas adalah garis besar film ini, yang memperlihatkan kekuatan Amerika Serikat, Rusia serta beberapa negara lainnya. Bagi yang tertarik dengan teknologi, politik dan hak asasi, film ini cocok untuk menambah referensi.

Selain peristiwa whistle blower ini, saya juga sangat tertarik dengan kehidupan Snowden dan pasangannya yang diperankan oleh Shailene Woodley. Saya suka sekali dengan adegan berantem mereka dimalam sebelum mendaki. Adegan ini sangat apik, memperlihatkan bagaimana beban yang dipikul oleh seorang laki-laki dan beban yang dipikul oleh sang perempuan. Dan bagaimana persepsi mereka yang tidak bisa ketemu, kedua belah pihak merasa diabaikan dan merasa bebannya paling berat. Dari sini, kita bisa melihat bahwa dimana-mana laki-laki selalu lebih realistis dan cenderung tidak berperasaan dalam keadaan terdesak. Berbeda halnya dengan perempuan yang alih-alih memikirkan realitas kehidupan terkait "beban hidup materil" malah lebih berfokus pada kondisi perasaannya dan perhatian yang diterimanya. "Welcome to the castle man :D, she is your princes" 

Sepertinya, hal seperti itu akan terjadi dalam kehidupan "romantic girls" or "hopeless romantic". Kasih mereka perhatian penuh dan mereka akan menganggap itu sangat berharga melebihi materi. Besar kemungkinan. hahaha.

Setelah menyaksikan film ini, saya akhirnya browsing dan baca-baca beberapa referensi terkait Edwards Snowden, si whistleblower. Informasi tentang Snowden ternyata sangat banyak, OH My, darimana saja saya selama ini. Dari informasi snowden, saya kemudian membuka beberapa hal, dari WikiLeaks, Julian Asange, Pilar Demokrasi dan NSA. Lalu apa yang saya dapatkan? Apa benang merahnya? Selamat datang di dunia yang semakin dewasa, bebas dan haus akan kebebasan serta kekuasaan. Bebas dalam hidup, yah manusia semakin terobsesi dengan kebebasan dan tentu saja kompetitornya adalah si pengekang kebebasan. Kedua pihak ini sama-sama mengklaim sebagai yang benar dan mampu membuat masa depan lebih baik.

you see this?? pantes si mas itu yang memerankan kak snow :D (source)

real event (source)

Sekian tulisan saya yang entah kenapa jadi begini amat :D



You Might Also Like

0 comments