Takdir dan Pertanda
December 21, 2015
Takdir adalah hal yang sangat seseorang inginkan, yah seperti ini yang bisa saya dapati dari sisa membaca semalam. Ada yang sedang bersungguh-sungguh mengejar takdirnya dan ada yang menyimpan takdirnya di ruang khayal yang sesekali dapat menjenguk. Mereka yang menggadaikan takdirnya adalah yang menyerah pada tantangan, yang merasa bahwa takdirnya adalah hal mustahil dan hidup dalam kewajaran yang ditentukan oleh orang-orang. Lalu setiap harinya ia terbangun di hari yang sama dengan kemarin, melewatkan banyak pertanda dan menempati hatinya dengan rasa yang itu-itu saja. Bosan yang tak diindahkan kemudian melebur bersama kewajaran yang harus diterima.
Saya. Subjek utama kehidupan sendiri. Memikirkan ini semalam dan seharian tadi. Saya sepertinya hampir terjebak di lubang yang sama. Hidup dalam kewajaran orang lain dan melupakan takdir. Ini bukan lagi lelucon semenjak pikiran selalu mengisi dirinya dengan pertanyaan "Untuk Apa". Untuk apa bekerja disini? Untuk apa melakukan ini? Untuk apa hidup? dan "untuk apa" - "untuk apa" yang lain. Atau "kenapa", pertanyaan itu serupa. Dan saat saya tak mendapati jawaban pertanyaan-pertanyaan itu, saya mendengan "ALARM" kehidupan berbunyi melalui pertanda. Bahwa buku yang saya comot di rak buku adalah sebuah pertanda. Saya sungguh percaya akan hal itu.
Lalu saat saya merapikan rencana perjalanan untuk kembali ke tujuan awal, ada saja halangan yang menggoda untuk kembali pada "kewajaran". Dan kali ini, saya menutup semua jalan kembali. Sekian.
seriously, I'm in. |
2 comments
membaca pertanda butuh kepercayaan diri yang tinggi; dan mungkin hanya bisa dilakukan oleh orang yang sadar betul atas kehadirannya di dunia; bukan seorang 'auto-pilot'
ReplyDeleteseiring berjalannya waktu (yes, i'm old enough to say that) sepertinya saya semakin bisa -tidak jago- untuk membaca pertanda dan rasanya seperti terus berhubungan dengan alam semesta
i love your posts :)
terima kasih kak put, sudah turut andil dalam masa pembelajaran saya. I love You..
Delete